Selain itu, menjaga toleransi dapat dilakukan dengan selalu siap membantu sesama. Jangan melakukan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama.
Namun demikian, di sadari bahwa Indonesia memiliki potensi menghadapi masalah global yaitu konflik fundamentalisme dan anti pluralisme yang terjadi di beberapa wilayah. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat masih kurang memadai. Kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran simbol-simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial. Para penganut ajaran agama seperti inilah yang menjadi cikal bakal para terorisme. Bahkan di seluruh dunia komuniats ini tersebar luas.
Untuk itu, menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2014 ini kiranya seluruh masyarakat Indonesia harus bersikap hati-hati dan waspada terhadap ancaman bahaya terorisme.Terkait hal tersebut Kapolri telah memetakan beberapa wilayah yang dinilai berpotensi menjadi sasaran aksi terorisme di Indonesia yang secara khusus mendapat pantauan secara fokus dari pihak kepolisian, yaitu, Poso, Solo, Bima. Selain itu, Polri juga telah mengendus adanya pergerakan para terorisme, yakni di wilayah Poso, Solo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur dan Lampung.
Untuk itu, pemerintah perlu melakukkan usaha untuk menumbuhkan kesadaran beragama, Tidak mencampuradukan aqidah dengan bukan aqidah, Menanamkan kesadaran untuk saling memahami kepentingan agama masing-masing, Tidak mencampuradukan aqidah dengan bukan aqidah dan Menumbuhkan kesadaran rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Sebab kita sudah terbiasa menerimanya dengan hidup berdampingan secara damai dalam balutan semangat kesatuan bangsa. Namun penerimaan perbedaan saja tanpa pemahaman yang mendalam akan arti dan hakikat yang sesungguhnya dari perbedaan tersebut ternyata masih sangat rentan terhadap godaan kepentingan primordialisme dan egosentrisme individu maupun kelompok, gangguan kedamaian itu akan mudah meluas manakala sentimen dan simbol-simbol keagamaan dipakai sebagai sumbu atau pemicu. Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial.
No comments:
Post a Comment